Tuesday 2 February 2016

Perkara kita masuk surga atau neraka, itu hak sepenuhnya milik Allah

Air kalau didinginkan akan menjadi es, dan bila dipendam berabad-abad lamanya bisa menjadi akik. Nah, apa bedanya air dengan es? Es dapat di sigar atau dipecah-pecah. Sementara air tidak bisa. Itu memuat pelajaran: kuat manakah orang yang keras (atos) dengan orang yang lembut. Jamaah mulai mencerna. Lalu Cak Nun menarik garis bawah, “Makanya jangan gampang menuding-nuding, jangan gampang marah-marah. Perkara kita masuk surga atau neraka, itu hak sepenuhnya milik Allah.”
Selangkah lebih maju, Cak Nun bertanya, air dan es itu sebenarnya sama atau tidak. “Siji tho asline?” Nah, hidup juga demikian. Jangan mudah mengatakan orang itu keras atau atos, sebab sebenarnya yang terjadi adalah keadaan yang berbeda. “Ini sekaligus supaya kita semua paham dalam memahami Kanjeng Nabi Muhammad. Kapan saat nabi itu tampil sebagai air dan kapan tampil sebagai es,” jelas Cak Nun.
Lebih mendalam lagi, Cak Nun kemudian menguraikan bahwa kalau air itu direbus, ia akan menjadi uap (udara). Jika air dan es bisa dilihat, berbeda halnya saat air itu mendidih dan menguap, maka ia tak bisa dilihat. Itu berarti mata kita sangat terbatas. Hal itu mengandung arti kita tidak boleh gegabah dalam menilai manusia atau orang lain. Ada orang yang berbuat baik dan ia mungkin menyembunyikannya atau tidak memperlihatkannya pada orang lain, itu artinya pada posisi “uap”. Tak terlihat oleh umumnya orang, tetapi bukan berarti tak melakukan sesuatu.
“Mencari ilmu itu mudah, karena semua ini adalah ayat Allah. Ilmu Allah mblader akeh nengdi endi (banyak dan di mana-mana). Dengan belajar dari cair, padat, dan menguap, kita bisa memperoleh ilmu dan sikap hidup yang banyak,” tegas Cak Nun setelah mengajak jamaah mengambil cara berpikir. Pelajaran lain yang disampaikan Cak Nun adalah keseimbangan. “Hidup itu yang satu merendah, sementara yang lain menjunjung atau menghormati.”
Selanjutnya, menyambung ke Maulid Nabi Muhammad Saw, Cak Nun mengingatkan bahwa dalam memahami peran, perilaku, sikap, akhlak, dan keputusan-keputusan Kanjeng Nabi Muhammad, kita dapat melihat dan mempelajarinya dalam perspektif uap, es, dan air. Selain itu, saat memperingati Maulid Nabi, hendaknya kita tidak hanya mengingat sosok manusia agung yang terlahir dari Sayyid Abdullah dan Siti Aminah dan berusia 63 tahun, melainkan juga sampai kepada Nur Muhammad. Bahkan harus sampai pada kesadaran mengenai bagaimana Allah punya ide penciptaan akan alam semesta, yang didahului dengan diciptakannya Nur Muhammad.
cak nun

No comments:

Post a Comment