Thursday 6 August 2015

renungan untuk para suami

UNTUK PARA SUAMI
*Kuserahkan Putriku Padamu*
Saat pertama kali putri kecil kami
terlahir di dunia, dia menjadi simbol
kebahagiaan bagi kami, orang tuanya.
Bahagia yang tiada tara kami rasakan
karenanya. Kami menjaganya siang dan
malam, sampai kami melupakan keadaan diri
sendiri. Kami sadar, memang seharusnyalah
seperti itu kewajiban orang tua.
Kami besarkan dia dengan segenap jiwa dan
raga. Kami didik dengan semaksimal ilmu
yang kami punya. Dan kami jaga dia dengan
penuh kehati-hatian.
Dan waktupun berlalu…
Dia kini telah menjadi sesosok gadis yang
cantik. Betapa bangga kami memilikinya.
Kami berpikir, betapa cepat waktu berlalu,
dan terbersit dalam hati kami untuk tetap
menahannnya disini. Bukan bermaksud
meletakkan ego kami atas hidupnya, Namun
sebagai orang tua, siapa yang dapat berpisah
dari anaknya. Putri kesayangannnya.
Tapi,…
Hari ini, akhirnya datang juga. Saat dimana
kami harus melihatnya terbalut dalam
pakaian cantik, yaitu gaun pengantinnya.
Gadis kecil kami telah tumbuh dewasa. Dan
sesudah ijab kabul ini, kau lah kini yang
menjadi penjaganya. Menggantikan kami.
Mari ikatkan tanganmu kepadanya.
Waktu akhirnya memaksa kami berpisah
dengannya. Walaupun kau adalah orang yang
asing dan baru sebentar dikenalnya,
sedangkan kami adalah orang tuanya yang
telah mengorbankan semua yang kami punya
untuknya. Namun, tak ada sama sekali
kemarahan kami atas dirimu, menantuku.
Namun ijinkan kami sedikit meluapkan
kesedihan atas seorang putri kami yang harus
jauh meninggalkan kami, karena harus
mengikutimu. Kamipun tak akan protes
kepadamu, karena mulai hari ini, dia harus
mengutamakan kau diatas kami.
Tolong, jangan beratkan hatinya, karena
sebenarnya pun hatinya telah berat untuk
meninggalkan kami dan hanya mengabdi
kepadamu. Seperti hal nya anak yang ingin
berbakti kepada orang tua, pun demikian
dengannya. Kami tidak keberatan apabila
harus sendiri, tanpa ada gadis kecil kami
dulu yang selalu menemani dan menolong
kami dimasa tua.
Kami menikahkanmu dengan anak gadis kami
dan memberikan kepadamu dengan cuma-
cuma, kami hanya memohon untuk dia selalu
kau jaga dan kau bahagiakan.
Jangan sakiti hatinya, karena hal itu berarti
pula akan menyakiti kami. Dia kami besarkan
dengan segenap jiwa raga, untuk menjadi
penopang harapan kami dimasa depan,
untuk mengangkat kehormatan dan derajat
kami. Namun kini kami harus menitipkannya
kepadamu. Kami tidaklah keberatan, karena
berarti terjagalah kehormatan putri kami.
Jika kau tak berkenan atas kekurangannya,
ingatkanlah dia dengan cara yang baik,
mohon jangan sakiti dia, sekali lagi, jangan
sakiti dia.
Suatu saat dia menangis karena merasa
kasihan dengan kami yang mulai menua,
namun harus sendiri berdua disini, tanpa ada
kehadirannya lagi. Tahukah engkau wahai
menantuku, bahwa kau pun memiliki orang
tua, pun dengan istrimu ini. Disaat kau
perintahkan dia untuk menemani orang
tuamu disana, pernahkah kau berpikir betapa
luasnya hati istrimu? Dia mengorbankan
egonya sendiri untuk tetap berada disamping
orang tuamu, menjaga dan merawat mereka,
sedang kami tahu betapa sedih dia karena
dengan itu berarti orang tuanya sendiri,
harus sendiri. Sama sekali tiada keluh kesah
darinya tentang semua itu, karena semua
adalah untuk menepati kewajibannya kepada
Allah.
Dia mementingkan dirimu dan hanya bisa
mengirim doa kepada kami dari jauh. Jujur,
sedih hati kami saat jauh darinya. Namun
apalah daya kami, memang sudah masa
seharusnya seperti itu, kau lebih berhak
atasnya dari pada kami, orang tuanya
sendiri.
Maka hargailah dia yang telah dengan rela
mengabdi kepadamu. Maka hiburlah dia yang
telah membuat keputusan yang sedemikian
sulit. Maka sayangilah dia atas semua
pengorbanannya yang hanya demi dirimu.
Begitulah cantiknya putri kami, Semoga kau
mengetahui betapa berharganya istrimu itu,
jika kau menyadari.
Wallahu a’lam bish-shawab ....
Semoga kita dapat mengambil pengetahuan
yang bermanfaat dan bernilai ibadah. ..aam

No comments:

Post a Comment