Wednesday 5 August 2015

dibalik kisah habibi ainun

 Taushiah of the Day

 Cahyadi Takariawan


 Jangan Menunggu Ia Tiada

Ingat kisah film Ainun & Habibie? Sangat mendalam kebersamaan Habibie dengan Ainun. Rasa cinta Habibie terhadap sang isteri sedemikian besar, hingga ia merasakan kekosongan dalam relung jiwanya saat sang istri tiada.
Konon, kira-kira dua pekan setelah kematian Ainun, suatu hari Habibie memakai piyama tanpa alas kaki dan berjalan mondar-mandir, sambil memanggil “Ainun... Ainun…” Ia mencari Ainun di setiap sudut rumah.
Ainun adalah perempuan istimewa di mata Habibie. Ia menepati janji untuk selalu mendampingi Habibie sampai akhir hidupnya, di kala susah maupun senang. Bahkan pada detik-detik terakhir menjelang kepergiannya, ia tetap memikirkan Habibie.
“Saya tidak bisa, saya tidak bisa berjanji akan menjadi istri yang sempurna untukmu. Tapi saya akan selalu mendampingimu, saya janji itu.”
Itu janji Ainun ketika dilamar oleh Habibie. Dan ia membuktikannya. Setia mendampingi Habibie sampai akhir hayatnya.
Ada lagi kisah cinta seorang ulama besar di Indonesia, Buya Hamka. Putra beliau, Irfan Hamka, menuturkan kondisi Buya sepeninggal istrinya.
“Setelah aku perhatikan bagaimana Ayah mengatasi duka lara sepeninggal Ummi, baru aku mulai bisa menyimak. Bila sedang sendiri, Ayah selalu kudengar bersenandung dengan suara yang hampir tidak terdengar. Menyenandungkan ‘kaba’. Jika tidak Ayah menghabiskan 5 - 6 jam hanya untuk membaca Al Qur-an".
Demikian kuat Ayah membaca Al Qur-an, suatu kali pernah aku tanyakan:
“Ayah, kuat sekali Ayah membaca Al Qur-an?” tanyaku kepada ayah.
“Kau tahu, Irfan. Ayah dan Ummi telah berpuluh-puluh tahun lamanya hidup bersama. Tidak mudah bagi Ayah melupakan kebaikan Ummi. Itulah sebabnya bila datang ingatan Ayah terhadap Ummi, Ayah mengenangnya dengan bersenandung. Namun, bila ingatan Ayah kepada Ummi itu muncul begitu kuat, Ayah lalu segera mengambil air wudhu. Ayah shalat Taubat dua rakaat. Kemudian Ayah mengaji. Ayah berupaya mengalihkannya dan memusatkan pikiran dan kecintaan Ayah semata-mata kepada Allah,” jawab Ayah.
“Mengapa Ayah sampai harus melakukan shalat Taubat?” tanyaku lagi.
“Ayah takut, kecintaan Ayah kepada Ummi melebihi kecintaan Ayah kepada Allah. Itulah mengapa Ayah shalat Taubat terlebih dahulu,” jawab Ayah.
***********
Luar biasa kisah kasih Habibie dan Buya Hamka. Dua tokoh legendaris di Indonesia. Kita harus bisa mengambil hikmahnya.
Mereka berdua memberikan inspirasi keindahan sebuah keluarga. Kisah kasih yang dirajut dengan sangat mesra sampai akhir hayat.
Bagaimana dengan kita?
Sahabat, mumpung Allah masih berikan kesempatan kepada kita untuk bersama pasangan tercinta, berikan hal terbaik untuknya selagi kita bisa.
Jangan menunggu ia tiada mendahului kita dan kita baru menyesal belum melakukan hal terbaik untuknya.
Bahkan ada suami yang belum sempat menyatakan perasaan cinta kepada istrinya sampai sang istri meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan. Ia menyesal selama duapuluh tahun hidup bersama belum pernah menyatakan cinta kepada istrinya.
Ya. Jangan menunggu berita buruk baru kita merasa menyesal belum berbuat yang terbaik untuk pasangan kita.

No comments:

Post a Comment